Mari Mengaji !!

Kamis, 30 Juli 2009

Do’a Dua Malaikat Setiap Subuh

Islam sangat menganjurkan pemeluknya untuk berinfaq. Anjuran yang bahkan pada bagian awal surah Al-Baqarah telah disebutkan oleh Allah subhaanahu wa ta’aala menggambarkan salah satu karakter utama orang bertaqwa.
الم ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ الَّذِينَ
يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
“Alif Laam Miim. Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan meng-infaq-kan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.”
(QS Al-Baqarah ayat 1-3)
Dalam ayat di atas Allah ta’aala menyebutkan karakter muttaqin yang biasa berinfaq bersama karakternya yang rajin menegakkan sholat. Di dalam Al-Qur’an hampir selalu karakter menegakkan sholat dan mengeluarkan infaq disebutkan dalam suatu rangkaian berpasangan. Hal ini mudah dimengerti sebab ajaran Islam selalu menekankan keseimbangan dalam segala sesuatu. Islam bukan semata ajaran yang mewujudkan hubungan antara hamba dengan rabbnya atau hablum minAllah, tetapi juga hubungan antara hamba dengan sesama hamba atau hablum minan-naas.
Uniknya lagi, di dalam ajaran Islam bila suatu perintah Allah ta’aala dilaksanakan, maka bukan saja hal itu menunjukkan kepatuhan seorang hamba akan rabbnya, melainkan dijamin bakal mendatangkan manfaat bagi si hamba. Ini yang disebut dengan fadhilah atau keutamaan suatu ’amal-perbuatan. Misalnya sholat malam atau tahajjud. Allah ta’aala menjanjikan bagi pelakunya bakal memperoleh kekuatan daya pengaruh ketika berbicara.
يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا نِصْفَهُ أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيلًا
أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآَنَ تَرْتِيلًا إِنَّا سَنُلْقِي عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيلًا
“Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat.” (QS AlMuzzammil ayat 1-5)
Contoh lainnya bila seseorang meningkatkan ketaqwaan kepada Allah ta’aala maka di antara fadhilah yang akan ia peroleh adalah penambahan ilmu dari Allah ta’aala, jalan keluar kesulitan hidupnya serta rizqi dari arah yang tidak disangka-sangka.
وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ
”Dan bertakwalah kepada Allah; Allah (akan) mengajarmu.” (QS AlBaqarah ayat 282)
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
”Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS Ath-Thalaq ayat 2-3)
Demikian pula dengan berinfaq. Allah ta’aala menjanjikan fadhilah di balik kedermawanan seseorang yang rajin berinfaq.
قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
“Katakanlah, "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)." Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (QS Saba’ ayat 39)
Bahkan dalam sebuah hadits Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menggambarkan keuntungan yang bakal diraih seseorang yang rajin berinfaq di pagi hari sekaligus kerugian yang bakal dideritanya bilamana ia tidak peduli berinfaq di pagi hari.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلَّا مَلَكَانِ يَنْزِلَانِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا
وَيَقُولُ الْآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا (البخاري)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu sesungguhnya Nabi Muhammad shollallahu ‘alahi wa sallam bersabda: “Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat. Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”, sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)” (HR Bukhary 5/270)
Pembaca yang budiman, marilah kita galakkan berinfaq di pagi hari agar malaikat mendoakan kelapangan rizqi yang memang sangat kita perlukan untuk memperlancar ibadah, amal sholeh, da’wah dan jihad kita di dunia. Dan jangan biarkan ada satu pagipun yang berlalu tanpa berinfaq sebab itu sama saja kita mengundang kerusakan dalam hidup sebagaimana doa malaikat yang satunya di setiap pagi hari.
Ketahuilah, bukan banyaknya jumlah infaq yang penting melainkan kontinuitas-nya. Lebih baik berinfaq sedikit namun konstan terus-menerus daripada berinfaq dalam jumlah besar namun hanya sekali setahun atau seumur hidup. Orang yang konstan berinfaq tidak bakal dipengaruhi oleh musim. Dalam masa paceklik tetap berinfaq, dalam masa panen tentu lebih pasti.
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ
أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit.”
(QS Ali Imran ayat 133-134)

Oleh Ihsan Tandjung



Senin, 27 Juli 2009

Buku-buku Karya Harun Yahya

Beberapa buku-buku karya Harun Yahya telah diterjemahkan dan diterbitkan di Indonesia. Sementara itu buku-buku yang lain sedang dalam proses penerjemahan dan penerbitan. Di bawah ini adalah ringkasan dari isi buku-buku yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia yang telah tersedia dalam format elektronik. Anda dapat membaca buku-buku tersebut dengan mengikuti link pada tiap ringkasan. Atau jika Anda ingin langsung mendownload mereka silakan kunjungi halaman Download kami.

Mengenal Allah Lewat Akal

Di sekeliling kita ada banyak hal yang dapat membawa kita kepada keberadaan Allah.
Buku ini ditulis untuk menjawab pertanyaan semacam: "Bagaimana kita tahu bahwa Allah itu ada?" Buku ini mengajak pembaca untuk memikirkan alam semesta dan kehidupan yang telah Allah ciptakan dan melihat kesempurnaan dari setiap ciptaan-Nya. Kita akan diajak memikirkan bagaimana penciptaan alam semesta; bahwa alam diciptakan dari ketiadaan. Kita akan diajak melihat 'kecanggihan' sistem pertahanan tubuh kita dan juga makhluk lain dan menyimpulkan bahwa itu semua tak mungkin berasal dari suatu kebetulan atau ketidaksengajaan. Kita juga akan diperlihatkan berbagai penemuan ilmiah yang menunjukkan kebenaran Al Qur'an; bahwa Al Qur'an adalah firman dari Dzat yang mengetahui rahasia alam semesta ini.

Bagaimana Seorang Muslim Berfikir
Manusia adalah makhluk yang telah diberi Allah sarana berpikir. Sayangnya kebanyakan manusia tidak menggunakan sarana ini sebagaimana mestinya.
Pernahkan Anda berpikir bahwa Anda tidak ada sebelum Anda dilahirkan, dan kemudian secara tiba-tiba Anda muncul di muka bumi? Pernahkan Anda memikirkan bahwa kulit buah pisang, melon, semangka atau jeruk berfungsi sebagai pembungkus yang berkualitas tinggi yang mampu menjaga aroma dan rasa buah tersebut? Manusia adalah makhluk yang telah diberi Allah sarana berpikir. Sayangnya kebanyakan manusia tidak menggunakan sarana ini sebagaimana mestinya… Buku ini bertujuan untuk mengajak manusia berpikir sebagaimana mestinya dan untuk memberikan arahan dalam kegiatan berpikirnya.

Keikhlasan Dalam Telaah Al-Qur'an
Orang umumnya ingin mengetahui apa yang membuat mereka sakit, bagaimana penyakit mengambil alih sepenuhnya tubuh mereka, apa yang menyebabkan demam, kelelahan mendalam, rasa nyeri di tulang dan sendi, serta proses apa yang terjadi dalam tubuh mereka selama sakit.
Tujuan utama buku ini adalah untuk menjelajahi bagaimana sistem yang melindungi tubuh manusia layaknya pasukan bersenjata yang ber-disiplin dan teratur ini, terwujud dan bagaimana kerjanya. Dua poin ini akan menggiring kita pada kesimpulan penting. Perta-ma, kita bersama-sama akan menyaksikan keunikan dan kesempurnaan ciptaan Allah. Yang kedua, kita akan mengamati hal bertentangan pada teori evolusi, sebuah keyakinan khayali yang tidak mempunyai pembuk-tian apa pun, termasuk di dalam alasannya sendiri. Kita akan melihat pula landasan tidak logis yang menjadi dasar tegaknya teori evolusi.



CATATAN:
Buku-buku karya Harun Yahya asli berbahasa Turki keseluruhannya berjumlah sekitar 180 judul. Penterjemahan karya-karya asli ini ke dalam bahasa Inggris kini sedang berlangsung. Pada situs ini, Anda hanya dapat melihat buku-buku yang saat ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Untuk melihat koleksi lengkap Harun Yahya, Anda dapat mengunjungi Catalog



Senin, 13 Juli 2009

Wudhu Mencegah Terjadinya Berbagai Penyakit Kulit


قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((من توضأ فأحسن الوضوء خرجت خطاياه من جسده حتى تخرج من تحت أظفاره )) رواه مسلم.
Rasulullah bersabda, "Barangsiapa berwudhu dengan membaguskan wudhu'nya, maka keluarlah dosa-dosanya dari kulitnya sampai dari kuku jari-jemarinya". HR. Muslim.
وقال أيضا: ((إن أمتي يدعون يوم القيامة غرا محجلين من آثار الوضوء، فمن استطاع منكم أن يطيل غرته فليفعل )) متفق عليه.
Rasulullah bersabda, "Sungguh ummatku akan diseru pada hari kiamat dalam keadaan bercahaya karena bekas wudhu'nya, (Abu Hurairah menambahkan) maka siapa yang mampu melebihkan panjang sinar pada tubuhnya, maka lakukanlah. (HR. Bukhari dan Muslim).
Ilmu kontemporer menetapkan -setelah melalui percobaan mikroskopi terhadap tumbuhnya mikroba pada orang yang berwudhu' secara teratur dan juga kepada yang tidak teratur- bahwasannya orang yang selalu berwudhu maka mayoritas hidung mereka menjadi bersih, tidak terdapat berbagai mikroba. Oleh karena itu, adanya mikroba yang menempel pada mereka hilang sama sekali ketika mereka membersihkan hidung, dibandingkan dengan orang yang tidak berwudhu' maka tumbuh pada hidung mereka berbagai mikroba dalam jumlah yang besar yang termasuk jenis mikroba berbentuk bulat dan berklaster yang sangat berbahaya ... dan mikroba yang cepat menyebar dan berkembang-biak ... dan mikroba lainnya yang menyebabkan banyak terjadinya berbagai penyakit. Dan sudah jelas bahwasannya proses keracunan itu terjadi adanya perkembangan berbagai mikroba yang berbahaya bagi rongga hidung, kemudian sampai ke tenggorokan untuk kemudian terjadi berbagai peradangan dan penyakit, apalagi jika sampai masuk ke peredaran darah!!
Oleh karena itu, disyari'atkan untuk melakukan istinsyaaq (menghirup air ke dalam hidung) sebanyak 3 kali kemudian menyemburkannya (tetap dengan hidung) setiap kali wudhu. Adapun berkumur-kumur itu dimaksudkan untuk menjaga kebersihan mulut dan kerongkongan dari peradangan dan pembusukan pada gusi, serta menjaga gigi dari sisa-sisa makanan yang menempel gigi. Dan sudah terbukti secara ilmiah bahwa 90% orang yang mengalami kerusakan gigi jika saja mereka mau perhatian terhadap kebersihan mulutnya ketika dahulu rusak gigi-gigi mereka, dan adanya pembusukan yang terjadi disebabkan oleh makanan dan air liur dan bercampur dalam perut dan menuju ke darah. Dan dari darah itulah kemudian menyebar ke seluruh organ dan kemudian menyebabkan berbagai penyakit.
Dan sungguh, berkumur-kumur akan menyegarkan berbagai organ yang ada di wajah dan menjadi cerah. Dan uji-coba ini belum pernah dikemukakan oleh para dosen olah raga kecuali sedikit. Hal ini karena mereka hanya memperhatikan kepada organ-organ tubuh yang besar. Dan membasuh wajah dan kedua tangan sampai siku, serta kedua kaki memberikan manfaat untuk menghilangkan debu-debu dan berbagai bakteri, apalagi dengan membersihkan badan dari keringat dan kotoran lainnya yang keluar melalui kulit.
Dan juga, sudah terbukti secara ilmiah tidak akan menyerang kulit manusia kecuali apabila kadar kebersihan kulitnya rendah. Sebab manusia apabila lama beraktivitas tanpa membasuh anggota badanya, maka kulit akan mengalami berbagai peradangan yang menyerang permukaan kulit, seperti kudis. Dan kudis ini menyerang ujung jari-jari yang sebagian besar tidak dalam keadaan bersih, sehingga masuklah berbagai mikroba ke dalam kulit.
Oleh karena itu, bertumpuk-tumpuknya peradangan sangat mengundang mikroba untuk berkembang-biak dan menyebar. Maka, wudhu' telah mendahului Ilmu Pektrologi modern dan para pakar yang menggunakan karantina sebagai media untuk mengetahui berbagai mikroba dan jamur-jamur yang menyerang kulit orang-orang yang tidak suka dengan kebersihan, dimana kebersihan ini semakna dengan wudhu dan mandi dan dengan uji-coba dan penelitian.
Penelitian dan uji coba ini memberikan manfaat yang lain:
Bahwa kedua tangan banyak membawa mikroba yang terkadang berpindah ke mulut atau hidung apabila tidak dibasuh. Oleh karena itu, sangat ditekankan untuk membersihkan kedua tangan terlebih dahulu sebelum melakukan wudhu'. Dan ini menambah jelas kepada kita sabda Rasulullah:
(( إذا استيقظ أحدكم من نوميه فلا يغمس يده في الإناء حتى يغسلها ثلاثا ))
Apabila salah seorang diantara kalian bangun dari tudir, maka janganlah mencelupkan kedua tangannya ke bejana (tempat air) sebelum mencucinya terlebih dahulu tiga kali.


Dan sudah terbukti juga bahwa peredaran darah pada organ tangan bagian atas dan lengan bawah serta organ-organ bagian bawah seperti kedua kaki dan kedua betis adalah organ-organ yang paling lemah dibandingkan organ tubuh lainnya karena jauhnya dari pusat peredaran darah, jantung. Maka apabila kita membasuhnya diserta menggosoknya, maka akan menguatkan peredaran darah pada organ-organ tersebut sehingga membantu kita menambah tenaga dan vitalitas. Dan dari itu semua, maka terketahuilah mukjizat disyari'atkannya wudhu' di dalam Islam.
Sumber: Al-I'jaaz Al-Ilmiy fii Al-Islam wa Al-Sunnah Al-Nabawiyah
Muhammad Kamil Abd Al-Shomad
Dr. Ahmad Syauqy Ibrahim, Anggota Ikatan Dokter Kerajaan Arab Saudi di London dan Penasihat Penderita Penyakit Dalam dan Penyakit Jantung mengatakan, "Para Pakar sampai berkesimpulan bahwa mencelupkan anggota tubuh ke dalam air akan bisa mengembalikan tubuh yang lemah menjadi kuat, mengurangi kekejangan menjadi rileks syaraf-syaraf dan otot, hilangnya kenaikan detak jantung dan nyeri-nyeri otot, kecemasan, dan insomnia (susah tidur)". Hal ini dikuatkan oleh salah seorang pakar dari Amerika dengan ucapannya, "Air mengandung kekuatan magis, bahkan membasuhkan air ke wajah dan kedua tangan -yang dimaksud adalah aktivitas wudhu'- adalah cara yang paling efektif untuk relaksasi (menjadikan badan rileks) dan menghilangkan tensi tinggi (emosi).
Sungguh, Maha Suci Allah Yang Maha Agung ...



Kisah Pemadat Bule Masuk Islam

Seorang pemuda Kanada lahir dari sepasang suami isteri Kanada yang peduli dengan agama. Ketika menginjak usia sebelas tahun ia serius membandingkan berbagai agama yang ada karena ia merasa tidak puas dengan agama asalnya, yaitu Kristen. Semua agama ia pertanyakan, kecuali Islam. Ia samasekali tidak tertarik mempelajari Islam karena opininya begitudalam terformat bahwa Islam merupakan agama kegelapan. Menurutnya Islam merupakan agama para teroris sebagaimana yang selama ini dikesankan oleh media Barat pada umumnya.
Namun sayang, belum sampai ke penghujung perjalanan ruhaninya, keburu sebuah tragedi menimpa keluarganya. Ayah dan ibunya bercerai. Ayahnya pergi meninggalkan anak-isterinya. Sedangkan ibunya terperosok ke dalam lembah hitam narkoba. Dalam keadaan seperti itu si anak muda inipun terbawa menjadi seorang pemadat. Awalnya ia hanya menjadi seorang pengguna. Namun dengan berjalannya waktu ia naik pangkat dan akhirnya menjadi pengedar di samping pengguna. Dan tidak lama kemudian ia bahkan menjadi salah seorang pimpinan jaringan narkoba papan atas di Kanada.
Saat ia mencapai karir tertingginya di dunia gelap jaringan narkoba, iapun tertangkap dan akhinya berurusan dengan polisi. Ia sempat masuk penjara selama empat tahun.
Setelah menjalani masa tahanannya, begitu keluar iapun segera mengunjungi salah satu pangkalan favorit tempat para pemadat biasa berkumpul. Maka mulailah iapun menikmati suasana ”fly” dengan narkobanya. Saat ia sedang sakau itulah ia duduk di samping seorang pemuda keturunan Maroko yang dilihatnya agak berbeda saat melinting rokoknya. Iapun bertanya: ”Anda berasal dari mana? Kok anda melinting rokok berbeda dengan kebanyakan orang di sini?” Pemuda itu menjawab: ”Inilah kebiasaan orang di negeri saya ketika melinting rokok.”
”Anda berasal dari mana?”
”Saya berasal dari Afrika Utara, dari Maroko. Itulah negeri nenek-moyang saya.”
”Kalau begitu anda seorang muslim ya?”
” Iya benar, saya seorang muslim dari Maroko.”
Maka sambil keduanya tenggelam dalam narkobanya masing-masing, mulailah keduanya terlibat dalam sebuah dialog panjang-lebar seputar agama Islam. Si pemuda Kanada menanyakan berbagai hal mengenai agama Islam, sementara si pemuda keturunan Maroko menjawab sebatas pengetahuannya. Ternyata dialog mereka berlangsung terus sampai keduanya kehabisan narkoba. Tanpa disadari keduanya telah ngobrol seputar Islam selama tidak kurang dua jam di tempat mangkalnya para pemadat.
Tapi si pemuda Kanada masih belum puas. Masih banyak pertanyaan yang mengganjal. Sedangkan si pemuda Maroko sudah kehabisan pengetahuan yang ia miliki seputar Islam. Tiba-tiba datang pemuda ketiga yang ternyata berasal dari keturunan Aljazair ikut terlibat dalam perbincangan seputar Islam itu. Maka perbincangan seputar Islam dilanjutkan dengan narasumbernya beralih kepada si pemuda Aljazair. Namun pada saat-saat tertentu kadang terjadi perselisihan pendapat antara si pemuda Aljazair dengan si pemuda Maroko. Ini wajar. Karena dalam sejarah Islam bahkan perpedaan pendapat antara para ulama saja sering dijumpai, apalagi antara sesama orang awam ilmu agama. Sesi kedua ”seminar” berakhir dua jam berikutnya.
Ternyata bermula dari perbincangan soal Islam di pangkalan para pemadat, si pemuda Kanada alhasil memperoleh hidayah iman dan Islam. Iapun mengikrarkan dua kalimat syahadat.
Setelah beberapa tahun semenjak ia masuk Islam; dalam suatu kesempatan Muslim Youth Gathering si pemuda Kanada tadi menceritakan riwayat hidupnya kepada sesama peserta. Termasuk ia menceritakan soal pengalaman awalnya mendapat hidayah di pangkalan pemadat. Sewaktu ia sedang menceritakan pengalamannya salah seorang peserta berkomentar: ”Jelek sekali pemuda muslim Maroko dan Aljazair itu berada di tempat para pemadat yang terkutuk!”
Maka dengan suara tinggi si pemuda Kanada tersebut berkata: ”Saya tidak tahu di mana keberadaan dan bagaimana nasib kedua pemuda yang ngobrol dengan saya di pangkalan pemadat itu. Tapi suatu hal yang perlu Anda ketahui bahwa jika saat ini saya beramal sholeh atau beribadah; entah itu sholat atau puasa atau yang lainnya, maka kedua pemuda Maroko dan Aljazair tadi mendapat bagian dari pahala kebaikan yang saya kerjakan. Sebab merekalah yang telah berjasa pertama kali memberi hidayah iman dan Islam kepada saya.”
Demikianlah, betapa besarnya ganjaran berda’wah mengajak manusia ke jalan hidayah iman dan Islam.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنْ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu bahwa sesungguhnya Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Barangsiapa mengajak kepada petunjuk maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang mengikutinya. Dan barangsiapa mengajak kepada kesesatan maka baginya dosa seperti dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikitpun dosa orang yang mengikutinya.” (HR Muslim 13/164)
Itulah di antara rahasia mengapa dalam ajaran Islam kita diperintahkan untuk mendoakan sholawat dan salam bagi Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam sebab beliau adalah orang paling pertama yang berjasa menyebarkan hidayah iman-Islam ke tengah ummat manusia. Allahumma sholli wa sallim wa baarik ’ala Muhammadin wa ’ala aalihi wa ashabihi wa man tabi’ahum bi ihsaanin ilaa yaumid-diin...

Kirim teman
Oleh Ihsan Tandjung

PENTIL SINGKONG


Semua manusia ingin beruntung. Apalagi bagi manusia yang kerap kali merasa hidupnya kurang beruntung. Memang Allah Swt tidak selalu memberikan rahmat-Nya kepada hamba dalam bentuk rezeki. Sebab Dia Maha Tahu bahwa
rezeki belum tentu menjadi faktor yang baik bagi kehidupan seorang hamba.

Namun ada beberapa ayat dalam Al Qur’an yang mengajarkan kepada manusia untuk bisa mendapatkan rezeki berlipat-ganda dan peruntungan dunia. Sebuah kalkulasi fantastis dan absolut. Fantastis karena mendatangkan hasil berlipat, absolut sebab dijanjikan oleh Allah Tuhan Yang Maha Pasti.

Allah Swt menjanjikan dalam kitab-Nya bahwa setiap kebaikan akan berbuah 10 kali hasil.

مَن جَاء بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا

“Barangsiapa membawa amal yang baik maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya.” (QS. 6:160)

Seorang sufi bernama Imam Hasan Al Bashri amat meyakini janji Allah ini. Alkisah, beliau suatu hari kedatangan 6 orang tamu. Sebagai seorang muslim, memuliakan tamu adalah hal yang diperintahkan agama.

Imam menerima tamu dengan wajah sumringah. Semua tamu yang hadir ia persilahkan masuk dan duduk di kursi yang tersedia di ruang depan rumah. Usai semua tamu masuk ke dalam rumah, Imam Hasan pergi ke dapur. Saat itu, hanya ia dan seorang budaknya yang ada di rumah. Imam Hasan bertanya kepada budaknya, “Makanan apa yang ada di rumah ini hingga bisa dihidangkan untuk tamu-tamuku?” Sang budak, membuka lemari makanan dan tiada yang ia temui selain sepotong roti saja. Ia sampaikan kepada Imam Hasan hal tersebut.

Sedikit berkerut kulit dahi Imam terlihat, pertanda beliau berpikir serius bagaimana cara menghidangkan sepotong roti itu untuk enam orang tamunya. Sejurus kemudian, Imam berkata setelah mengambil sikap, “Sudah begini saja..., bawalah roti itu dan cari orang yang dapat menerimanya sebagai sedekah! Namun jangan lupa hidangkan dulu minuman untuk para tamuku!”

Maka pergilah sang budak untuk bersedekah, setelah ia menyuguhkan minuman kepada para tamu Imam Hasan terlebih dahulu.

Maka para tamu pun hanya mendapatkan suguhan air putih dari rumah Imam Hasan. Imam Hasan merasa gak enak hati kepada para tamunya.Tapi dia yakin, bahwa Allah Swt akan membalas amalnya minimal 10 kali lipat.

Biduk asa seolah menjumpai tambatannya. Saat Imam Hasan kedatangan seorang tamu lagi yang datang dengan membawa sebuah nampan. Imam Hasan bangkit dan bergegas menghampirinya.

“Assalamu’alaikum, wahai Imam!” seru orang yang baru saja datang. “Wa’alaikum salam warahmatullah...” Imam membalas. “Apa yang kau bawa?” imam bertanya kepada orang tersebut. “Ini imam, aku membawakan 6 potong roti untuk engkau!” kata orang tersebut dengan senyum terkembang.

“Mungkin ini bukan untukku!” Imam Hasan menukas. “Mengapa engkau berkata demikian?” sang tamu bertanya keheranan. “Kalau benar ini untukku, pasti jumlahnya sepuluh!” Imam berkata yakin karena ia tahu bahwa Allah akan memberi 10 roti sebagai balasan dari sepotong roti yang telah ia sedekahkan.

Sang tamu merasa aneh. Ia coba untuk memanjangkan leher dan menyapukan pandangan ke dalam rumah Imam Hasan. Sesudah itu ia mengerti bahwa imam sedang kedatangan banyak tamu.

Orang itu pun kembali ke rumah. Lalu ia tambahkan lagi 4 potong roti sehingga menjadi 10 jumlahnya. Kemudian ia angkat nampan yang ia bawa, kemudian ia ayunkan langkah menuju rumah Imam Hasan Al Bashri.

Sesampainya di rumah imam, sang tamu kembali mengucapkan salam lalu disambut dan dibalas oleh Imam Hasan. Beliau lalu membuka penutup nampan, kemudian berujar, “Nah... inilah yang dijanjikan Allah padaku!”

Allah akan membalas setiap kebaikan yang dilakukan oleh seorang hamba minimal 10 kali lipat. Bilangan balasan itu bisa terus berganda dan tumbuh semakin besar. Tergantung pada keikhlasan sang hamba, dan takaran rezeki yang Allah berikan kepadanya. Bahkan bilangan itu suatu saat bisa mencapai 700 kali lipat. Allah Swt berfirman:

مَّثَلُ الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنبُلَةٍ مِّئَةُ حَبَّةٍ وَاللّهُ يُضَاعِفُ لِمَن يَشَاء وَاللّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. 2:261)

1 butir benih menjadi 700 biji. Itulah janji Allah Ta’ala. Tiada yang mustahil bagi Allah untuk membalas derma hamba-Nya bahkan hingga 700 kali lipat.

Secara gampang, manusia yang menyangsikan janji Allah Swt ini dapat melihat bukti pada pohon pepaya yang banyak kita kenal di tanah air. Pepaya ditanam seperti kebanyakan pohon lain. Ia ditanam dengan memasukan biji ke dalam tanah.

Bila Allah Swt berkehendak, maka dari biji tersebut akan tumbuhlah pohon. Pohon akan tumbuh besar dan berkembang. Kemudian setelah tinggi, ia akan memiliki beberapa cabang. Setelah tiba waktunya, ia pun akan berbuah. Setiap pohon pepaya memiliki jumlah cabang dan buah yang beragam. Setelah berbuah, manusia akan mendapati bahwa dari masing-masing buah saja akan terdapat ratusan biji pepaya di dalamnya. Mungkin saja, dari biji atau benih pepaya yang satu, akan menghasilkan beribu biji yang kemudian bisa dapat menumbuhkan pepaya kembali. Allah Maha Luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui (QS. 2:261)

Berderma satu, dibalas 700 kali lipat!

Di Cipete Jakarta Selatan. Di sebuah sekolah dasar di sana, seorang pria penjual gorengan bernama Udin (bukan nama asli) berjualan. Lonceng turun main, kira-kira akan berbunyi sepuluh menit lagi. Ia tengah memotong beberapa singkong untuk digoreng.

Singkong seperti kita tahu, berbentuk tabung dan berkerucut pada ujungnya. Biasanya sebuah singkong akan dipotong lima bagian. 4 bagian digoreng untuk dijual, sementara bagian ujung atau pentilnya disisihkan untuk dibuang. Hari itu, Udin menggoreng kira-kira 5 buah singkong, dan pentil singkong yang tersisa pun berjumlah 5 karenanya.

Lonceng istirahat berbunyi, para siswa pun berhamburan ke luar kelas untuk jajan dan istirahat. Seorang anak kurus sambil menggigit jari berdiri di ujung gerobak Udin. Anak ini tidak membeli gorengan seperti siswa lainnya, juga tidak berbicara sepatah katapun.

Naluri Udin berkata bahwa anak ini tidak punya uang untuk jajan. Hati kecil menyuruhnya agar 5 pentil singkong yang ada diberikan saja kepada anak itu. Maka diambillah beberapa pentil itu. Ia masukkan ke dalam adonan tepung, kemudian digorenglah. Setelah matang, Udin menaruhnya di atas kertas lalu disodorkannya kepada anak itu.

Si anak senang bukan main. Senyumnya mengembang. Udin turut bahagia melihatnya. Belakangan, Udin tahu bahwa anak tersebut adalah seorang yatim yang baru saja kehilangan bapak.

Kejadian pagi itu terus berulang. Udin memberikan beberapa pentil singkongnya kepada anak yatim itu. Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun hingga anak itu lulus dari Sekolah Dasar. Udin tidak merasa berat, sebab apa yang ia berikan kepada anak yatim itu, tiada lain adalah barang yang tiada berharga bagi siapapun. Dalam pengalamannya berjualan, tidak ada seorang pun yang mencari pentil singkong untuk dibeli. Bahkan bila dijual sekalipun dalam jumlah banyak, pastilah tidak akan laku.

Udin tak berkeberatan memberikan pentil singkongnya kepada anak itu. Bahkan untuk setiap hari!

Allah Swt akan membalas kebaikan seorang hamba bila ia membantu saudaranya bahkan hingga 700 kali lipat!

Lebih dari 30 tahun berselang setelah anak yatim itu lulus. Saat itu, Udin masih mengerjakan rutinitasnya setiap hari; yaitu berjualan gorengan di sekolah dasar yang sama. Maka berhentilah sebuah mobil mewah nan mengkilap tepat di depan gerobak Udin.

Seorang pemuda tampan turun dari mobil. Ia mengenakan setelan dan dasi yang bermerk. Rambutnya di sisir rapi dan mengkilat ditimpa sinar matahari.

Melihat calon pembeli dengan mobil bagus, Udin sigap membuka pembicaraan, “Mau beli gorengan, Den...?!” Pemuda itu tersenyum dan berkata, “Masa akang lupa sama saya?” Pertanyaan itu membuat Udin berpikir singkat, namun ia tidak menemukan jawaban. Udin lalu bertanya polos, “Memangnya..., Aden ini siapa ya?” Masih tersenyum, pemuda itu mengatakan, “Saya ini adalah anak pentil singkong, Kang!” Mendengar itu, Udin berucap tasbih. Rasa gembira terbit di hatinya melihat kesuksesan anak ini. Anak pentil singkong yang dulu kerap berdiri di pinggir gerobaknya.

“Masya Allah.... sudah sukses sekarang ya, Den?!” Udin bertanya sekali lagi. “Alhamdulillah, Kang!” jawab si Aden.

Udin lalu menggamit lengan si Aden, diajaknya masuk ke balik gerobak. Udin menyorongkan sebuah kursi kecil untuk duduk. Maka duduklah pemuda itu, sementara Udin meneruskan pekerjaannya.... menggoreng singkong, tempe dan lain-lain.

Sambil Udin bekerja, pembicaraan mengenai kenangan lama terulang kembali. Keduanya merajut rasa syukur kepada Allah Swt Yang telah melimpahkan anugerah tiada terkira. Pembicaraan tersebut terus berlanjut hingga berujung pada sebuah kalimat yang diucapkan sang pemuda.

“Akang... saya ke sini mau berterima kasih!” kata si pemuda. “Atas apa, Den?!” jawab Udin. “Berterima kasih atas kebaikan kang Udin kepada saya. Dulu kalau gak dikasih pentil singkong sama Akang, saya gak bakal bisa belajar dengan tenang. Kalau belajar gak tenang, saya gak bakal pintar. Kalau gak pintar, saya gak bakal bisa lulus sekolah dan sukses seperti sekarang.... saya ke sini mau berterima kasih ke kang Udin!” kalimat yang baru diucapkan oleh pemuda begitu tersusun dan membanggakan hati Udin. Namun Udin masih berkelit sambil berujar, “Den... sudah gak usah dipikirkan. Apa yang saya kasih ke Aden berupa pentil singkong itu kan gak berharga! Ngapain pake terima kasih segala. Lagian, kalo saya jual gak bakal ada yang mau...!” Udin mencoba merendah dan menolak pamrih.

Pemuda masih mengejar dengan satu pertanyaan lagi, dan ini membuat Udin menjadi bergidik. “Akang..., saya dan istri berniat haji tahun ini. Saya ingin Kang Udin dan istri mau menemani kami. Mau kan, Kang?”

Gemuruh rasa terjadi di dada Udin. Tidak pernah terbayang baginya akan ada seorang hamba Allah yang mengajaknya untuk menunaikan rukun Islam kelima. Udin pun mengiyakan, dan pemuda itu pun pergi meninggalkan Udin.

Udin dan istrinya berangkat haji. Seluruh biaya dan uang jajan keduanya ditanggung oleh si pemuda. Barangkali lebih dari Rp 60 juta yang dibayarkan olehnya. Udin dan istri lalu berangkat ke Baitullah, menunaikan semua ritual dan kewajiban dalam ibadah haji. Hingga ia dan istri kembali ke tanah air lagi dengan selamat.

Sesampainya di tanah air, banyak kerabat, saudara dan tetangga datang bersilaturahmi. Udin membagikan oleh-oleh berupa air zamzam, kurma dan banyak lagi. Banyak orang senang menerima hadiah tersebut. Mereka pun banyak menanyakan pengalaman Udin dan istri selama berhaji.

Udin menjawab semua pertanyaan orang yang datang sebisanya. Hingga saat ada seseorang yang bertanya tentang bagaimana caranya kang Udin dapat berhaji bersama istri padahal usahanya hanya sekedar menjual gorengan.

Rupanya... banyak yang belum tahu dengan cara apa Udin berangkat haji. Dan memang, ia merahasiakan hal itu selama ini. Udin pun menjawab seadanya, “Dulu..., saya sedekah pentil singkong kepada seorang anak yatim, eh gak taunya dengan sedekah itu saya dan istri berangkat haji. Kalo tahu begini, coba dulu saya sedekah singkong beneran sama tuh anak...!”

Udin mencoba berkelakar dengan jawabannya, dan hal itu membuat hadirin tertawa terbahak mendengarnya. Dalam hati, Udin bersyukur kepada Allah Swt Yang Sungguh menepati janji kepada dirinya. Sungguh Allah Swt Maha Kuasa untuk membalas amal seorang hamba, bahkan hingga 700 kali lipat atau lebih dari itu.



PACARAN DALAM ISLAM

Istilah pacaran itu sebenarnya bukan bahasa hukum, karena pengertian dan
batasannya tidak samabuat setiap orang. Dan sangat mungkin berbeda dalam setiap budaya. Karena itu
kami tidak akan menggunakan istilah `pacaran` dalam masalah ini, agar tidak salah konotasi.


I. Tujuan Pacaran

Ada beragam tujuan orang berpacaran. Ada yang sekedar iseng, atau mencari teman
bicara, atau lebih jauh untuk tempat mencurahkan isi hati. Dan bahkan ada juga yang memang menjadikan masa pacaran sebagai masa perkenalan dan penjajakan dalam menempuh jenjang pernikahan.

Namun tidak semua bentuk pacaran itu bertujuan kepada jenjang pernikahan.
Banyak diantara pemuda
dan pemudi yang lebih terdorong oleh rasa ketertarikan semata, sebab dari sisi
kedewasaan, usia,kemampuan finansial dan persiapan lainnya dalam membentuk rumah tangga, mereka sangat belum siap.

Secara lebih khusus, ada yang menganggap bahwa masa pacaran itu sebagai masa
penjajakan, media
perkenalan sisi yang lebih dalam serta mencari kecocokan antar keduanya. Semua
itu dilakukan
karena nantinya mereka akan membentuk rumah tangga. Dengan tujuan itu, sebagian
norma di tengah masyarakat membolehkan pacaran. Paling tidak dengan cara membiarkan pasangan yang sedang pacaran itu melakukan aktifitasnya. Maka istilah apel malam minggu menjadi fenomena yang wajar dan dianggap sebagai bagian dari aktifitas yang normal.



II. Apa Yang Dilakukan Saat Pacaran ?

Lepas dari tujuan, secara umum pada saat berpacaran banyak terjadi hal-hal yang
diluar dugaan.
Bahkan beberapa penelitian menyebutkan bahwa aktifitas pacaran pelajar dan
mahasiswa sekarang ini cenderung sampai kepada level yang sangat jauh. Bukan sekedar kencan, jalan-jalan dan berduaan,tetapi data menunjukkan bahwa ciuman, rabaan anggota tubuh dan bersetubuh secara langsung sudah merupakan hal yang biasa terjadi.

Sehingga kita juga sering mendengar istilah "chek-in", yang awalnya adalah istilah dalam dunia perhotelan untuk menginap. Namun tidak sedikit hotel yang pada hari ini berali berfungsi sebagai tempat untuk berzina pasangan pelajar dan mahasiswa, juga pasanga-pasangan tidak syah lainnya. Bahkan hal ini sudah menjadi bagian dari lahan pemasukan tersendiri buat beberapa hotel dengan memberi kesempatan chek-in secara short time, yaitu kamar yang disewakan secara jam-jaman untuk ruangan berzina bagi para pasangan di luar nikah.

Pihak pengelola hotel sama sekali tidak mempedulikan apakah pasangan yang
melakukan chek-in itu suami istri atau bulan, sebab hal itu dianggap sebagai hak asasi setiap orang.

Selain di hotel, aktifitas percumbuan dan hubungan seksual di luar nikah juga
sering dilakukan di dalam rumah sendiri, yaitu memanfaatkan kesibukan kedua orang tua. Maka para pelajar dan mahasiswa bisa lebih bebas melakukan hubungan seksual di luar nikah di dalam rumah mereka sendiri tanpa kecurigaan, pengawasan dan perhatian dari anggota keluarga lainnya.

Data menunjukkan bahwa seks di luar nikah itu sudah dilakukan bukan hanya oleh
pasangan mahasiswa dan orang dewasa, namun anak-anak pelajar menengah atas (SLTA) dan menengah pertama (SLTP) juga terbiasa melakukannya. Pola budaya yang permisif (serba boleh) telah menjadikan hubungan pacaran sebagai legalisasi kesempatan berzina. Dan terbukti dengan maraknya kasus `hamil di luar nikah`dan aborsi ilegal.

Fakta dan data lebih jujur berbicara kepada kita ketimbang apologi. Maka jelaslah bahwa praktek pacaran pelajar dan mahasiswa sangat rentan dengan perilaku zina yang oleh sistem hukum di negeri ini sama sekali tidak dilarang. Sebab buat sistem hukum sekuluer warisan penjajah, zina adalah hak asasi yang harus dilindungi. Sepasang pelajar atau mahasiswa yang berzina, tidak bisa dituntut secara hukum. Bahkan bila seks bebas itu menghasilkan hukuman dari Allah berupa AIDS, para pelakunya justru akan diberi simpati.


III. Pacaran Dalam Pandangan Islam



a. Islam Mengakui Rasa Cinta

Islam mengakui adanya rasa cinta yang ada dalam diri manusia. Ketika seseorang
memiliki rasa
cinta, maka hal itu adalah anugerah Yang Kuasa. Termasuk rasa cinta kepada
wanita (lawan jenis)
dan lain-lainnya.

`Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita,
anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak dan
sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat
kembali yang baik
.`(QS. Ali Imran :14).

Khusus kepada wanita, Islam menganjurkan untuk mewujudkan rasa cinta itu dengan
perlakuan yang
baik, bijaksana, jujur, ramah dan yang paling penting dari semua itu adalah
penuh dengan
tanggung-jawab. Sehingga bila seseorang mencintai wanita, maka menjadi
kewajibannya untuk
memperlakukannya dengan cara yang paling baik.

Rasulullah SAW bersabda,`Orang yang paling baik diantara kamu adalah orang yang
paling baik
terhadap pasangannya (istrinya). Dan aku adalah orang yang paling baik terhadap
istriku`.

b. Cinta Kepada Lain Jenis Hanya Ada Dalam Wujud Ikatan Formal

Namun dalam konsep Islam, cinta kepada lain jenis itu hanya dibenarkan manakala
ikatan di antara
mereka berdua sudah jelas. Sebelum adanya ikatan itu, maka pada hakikatnya
bukan sebuah cinta,
melainkan nafsu syahwat dan ketertarikan sesaat.

Sebab cinta dalam pandangan Islam adalah sebuah tanggung jawab yang tidak
mungkin sekedar
diucapkan atau digoreskan di atas kertas surat cinta belaka. Atau janji
muluk-muluk lewat SMS,
chatting dan sejenisnya. Tapi cinta sejati haruslah berbentuk ikrar dan
pernyataan tanggung-jawab
yang disaksikan oleh orang banyak.

Bahkan lebih `keren`nya, ucapan janji itu tidaklah ditujukan kepada pasangan,
melainkan kepada
ayah kandung wanita itu. Maka seorang laki-laki yang bertanggung-jawab akan
berikrar dan melakukan
ikatan untuk menjadikan wanita itu sebagai orang yang menjadi pendamping
hidupnya, mencukupi
seluruh kebutuhan hidupnya dan menjadi `pelindung` dan `pengayomnya`. Bahkan
`mengambil alih`
kepemimpinannya dari bahu sang ayah ke atas bahunya.

Dengan ikatan itu, jadilah seorang laki-laki itu `laki-laki sejati`. Karena dia
telah menjadi
suami dari seorang wanita. Dan hanya ikatan inilah yang bisa memastikan apakah
seorang laki-laki
itu betul serorang gentlemen atau sekedar kelas laki-laki iseng tanpa nyali.
Beraninya hanya
menikmati sensasi seksual, tapi tidak siap menjadi "the real man".

Dalam Islam, hanya hubungan suami istri sajalah yang membolehkan terjadinya
kontak-kontak yang
mengarah kepada birahi. Baik itu sentuhan, pegangan, cium dan juga seks.
Sedangkan di luar nikah,
Islam tidak pernah membenarkan semua itu. Akhlaq ini sebenarnya bukan hanya
monopoli agama Islam
saja, tapi hampir semua agama mengharamkan perzinaan. Apalagi agama Kristen
yang dulunya adalah
agama Islam juga, namun karena terjadi penyimpangan besar sampai masalah sendi
yang paling pokok,
akhirnya tidak pernah terdengar kejelasan agama ini mengharamkan zina dan
perbuatan yang
menyerampet kesana.

Sedangkan pemandangan yang kita lihat dimana ada orang Islam yang melakukan
praktek pacaran dengan
pegang-pegangan, ini menunjukkan bahwa umumnya manusia memang telah terlalu
jauh dari agama.
Karena praktek itu bukan hanya terjadi pada masyarakat Islam yang nota bene
masih sangat kental
dengan keaslian agamanya, tapi masyakat dunia ini memang benar-benar telah
dilanda degradasi
agama.

Barat yang mayoritas nasrani justru merupakan sumber dari hedonisme dan
permisifisme ini. Sehingga
kalau pemandangan buruk itu terjadi juga pada sebagian pemuda-pemudi Islam,
tentu kita tidak
melihat dari satu sudut pandang saja. Tapi lihatlah bahwa kemerosotan moral ini
juga terjadi pada
agama lain, bahkan justru lebih parah.

c. Pacaran Bukan Cinta

Melihat kecenderungan aktifitas pasangan muda yang berpacaran, sesungguhnya
sangat sulit untuk
mengatakan bahwa pacaran itu adalah media untuk saling mencinta satu sama lain.
Sebab sebuah cinta
sejati tidak berbentuk sebuah perkenalan singkat, misalnya dengan bertemu di
suatu kesempatan
tertentu lalu saling bertelepon, tukar menukar SMS, chatting dan diteruskan
dengan janji bertemu
langsung.

Semua bentuk aktifitas itu sebenarnya bukanlah aktifitas cinta, sebab yang
terjadi adalah kencan
dan bersenang-senang. Sama sekali tidak ada ikatan formal yang resmi dan
diakui. Juga tidak ada
ikatan tanggung-jawab antara mereka. Bahkan tidak ada kepastian tentang
kesetiaan dan seterusnya.

Padahal cinta itu adalah memiliki, tanggung-jawab, ikatan syah dan sebuah harga
kesetiaan. Dalam
format pacaran, semua instrumen itu tidak terdapat, sehingga jelas sekali bahwa
pacaran itu sangat
berbeda dengan cinta.

d. Pacaran Bukanlah Penjajakan / Perkenalan

Bahkan kalau pun pacaran itu dianggap sebagai sarana untuk saling melakukan
penjajakan, atau
perkenalan atau mencari titik temu antara kedua calon suami istri, bukanlah
anggapan yang benar.
Sebab penjajagan itu tidak adil dan kurang memberikan gambaran sesungguhnya
atas data yang
diperlukan dalam sebuah persiapan pernikahan.

Dalam format mencari pasangan hidup, Islam telah memberikan panduan yang jelas
tentang apa saja
yang perlu diperhitungkan. Misalnya sabda Rasulullah SAW tentang 4 kriteria
yang terkenal itu.

Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW berdabda,`Wanita itu dinikahi karena
4 hal : [1]
hartanya, [2] keturunannya, [3] kecantikannya dan [4] agamanya. Maka
perhatikanlah agamanya kamu
akan selamat. (HR. Bukhari Kitabun Nikah Bab Al-Akfa` fiddin nomor 4700, Muslim
Kitabur-Radha` Bab
Istihbabu Nikah zatid-diin nomor 2661)

Selain keempat kriteria itu, Islam membenarkan bila ketika seorang memilih
pasangan hidup untuk
mengetahui hal-hal yang tersembunyi yang tidak mungkin diceritakan langsung
oleh yang
bersangkutan. Maka dalam masalah ini, peran orang tua atau pihak keluarga
menjadi sangat penting.

Inilah proses yang dikenal dalam Islam sebagai ta`aruf. Jauh lebih bermanfaat
dan objektif
ketimbang kencan berduaan. Sebab kecenderungan pasangan yang sedang kencan
adalah menampilkan
sisi-sisi terbaiknya saja. Terbukti dengan mereka mengenakan pakaian yang
terbaik, bermake-up,
berparfum dan mencari tempat-tempat yang indah dalam kencan. Padahal nantinya
dalam berumah tangga
tidak lagi demikian kondisinya.

Istri tidak selalu dalam kondisi bermake-up, tidak setiap saat berbusana
terbaik dan juga lebih
sering bertemu dengan suaminya dalam keadaan tanpa parfum dan acak-acakan.
Bahkan rumah yang
mereka tempati itu bukanlah tempat-tempat indah mereka dulu kunjungi
sebelumnya. Setelah menikah
mereka akan menjalani hari-hari biasa yang kondisinya jauh dari suasana
romantis saat pacaran.

Maka kesan indah saat pacaran itu tidak akan ada terus menerus di dalam
kehidupan sehari-hari
mereka. Dengan demikian, pacaran bukanlah sebuah penjajakan yang jujur,
sebaliknya bisa dikatakan
sebuah penyesatan dan pengelabuhan.

Dan tidak heran bila kita dapati pasangan yang cukup lama berpacaran, namun
segera mengurus
perceraian belum lama setelah pernikahan terjadi. Padahal mereka pacaran
bertahun-tahun dan
membina rumah tangga dalam hitungan hari. Pacaran bukanlah perkenalan melainkan
ajang kencan saja.


Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.





Minggu, 12 Juli 2009

Pudarnya Pesona Cleopatra

Setelah suksenya novel “Ayat-ayat Cinta” dan ditayangkan dalam Film layar lebar dengan judul sama, banyak pembaca yang penasaran pada karya Kang Abik lainnya. Salah satunya adalah “Pudarnya Pesona Cleopatra”. Buku yang membuat motivasi Kang Abik untuk menulis “Ayat-ayat Cinta” ini terdiri dari dua novel mini yaitu, “Pudarnya pesona Cleopatra” dan “Setetes Embun Cinta Niyala”.

Novel mini “Pudarnya Pesona Cleopatra” menceritakan seorang suami yang mendambakan istri yang secantik Cleopatra, walaupun dia sudah memiliki istri yang cantik menurut banyak orang namun tidak menurut dia.

Namanya Raihana, istri soleh dan setia. Istri yang cantik, walau tak bisa melebihi pesona Cleopatra, istri yang sabar dengan sikapnya yang dingin, yang terpaksa menikahi Raihana karena tak kuasa menolak perintah ibunya.

Waktu begitu cepat berganti, akhirnya rasa cinta itu muncul dalam hatinya yang tulus. Namun sayang, ketika rasa itu datang memuncak, kenyataan tak bisa dielakan, dan penyesalanpun ikut mencuat. Raihana telah tiada bersama anak dalam kandungannya!

Novel mini kedua “Setetes Embun Cinta Niyala”, menceritakan kegalauan Niyala antara Ayah dan dirinya. Permintaan ayah untuk menikah bersama Roger, manusia yang dianggapnya serigala, agar hutangnya kepada Pak Haji Cosmas (ayah Roger) lunas. Niyala merasa lebih hina dibandingkan dengan para pelacur. Kedok pernikahan untuk menyerahkan jiwa raganya pada Roger agar hutang ayahnya untuk pengobatan ibu yang telah tiada beberapa belas tahun yang lalu terbayar.

Di hari itu keadaan berubah ketika Faiq, kakak angkatnya menyatakan cinta pada Niyala di depan Umi Faiq, Ayah Niyala dan Herman (kakak kandung Niyala). Bunga pun bermekaran, hasrat cinta tumbuh menghapus kegalauan Niyala. Dan di malam sebelum hari wisudanya sebagai dokter, Niyala dan Faiq menjalin hubungan cinta dengan ridra Allah dan kebahagiaan yang berlipat-lipat.

Buku ini mengemas dua novel dengan ending yang berbeda. Walaupun happy ending di akhir novel ini begitu hebat, namun tetap saja suasana sedih membekas dari novel mini sebelumnya, “Pudarnya pesona Cleopatra”. Alur cerita yang pendek menjadikan cerita ini mudah dipahami dan dinikmati, dalam waktu singkat pembaca dapat merasakan desir angin haru ataupun penyesalan dari novel ini.

Jangan menilai buku dari sampulnya, dan jangan pula menilai wanita hanya dari kecantikannya. Karena sesungguhnya kecantikan batin lebih berharga dari kecantikan lahiriah yang terkadang menipu.

Penulis : Habiburrahman El Shirazy
Penerbit : Penerbit Republika
Tebal : viii + 111 halaman
Tahun Terbit : 2007



Sabtu, 11 Juli 2009

Ketika Cinta Berbuah Surga

Di tanah Kurdistan , ada seorang raja yang adil dan shalih. Dia memiliki seorang anak laki-laki yang tampan, cerdas, dan pemberani. Saat-saat paling menyenangkan bagi sang raja adalah ketika dia mengajari anaknya itu membaca Al-Quran. Sang raja juga menceritakan kepadanya kisah-kisah kepahlawanan para panglima dan tentaranya di medan pertempuran. Anak raja yang bernama Said itu, sangat gembira mendengar penuturan kisah ayahnya. Si kecil Said akan merasa jengkel jika di tengah-tengah ayahnya bercerita, tiba-tiba ada orang yang memutuskannya.

Terkadang, ketika sedang asyik mendengarkan cerita ayahnya tiba-tiba pengawal masuk dan memberitahukan ada tamu penting yang harus ditemui oleh raja. Sang raja tahu apa yang dirasakan anaknya.

Maka, dia memberi nasihat kepada anaknya, “Said, Anakku, sudah saatnya kamu mencari teman sejati yang setia dalam suka dan duka. Seorang teman baik, yang akan membantumu untuk menjadi orang baik. Teman sejati yang bisa kau ajak bercinta untuk surga.”

Said tersentak mendengar perkataan ayahnya.
“Apa maksud Ayah dengan teman yang bisa diajak bercinta untuk surga?” tanyanya dengan nada penasaran.

“Dia adalah teman sejati yang benar-benar mau berteman denganmu, bukan karena derajatmu, tatapi karena kemurnian cinta itu sendiri, yang tercipta dari keikhlasan hati. Dia mencintaiumu karena Allah. Dan Dengan dasar itu kau pun bisa mencintainya dengan penuh keikhlasan karena Allah. Kekuatan cinta kalian akan melahirkan kekuaan dahsyat yang membawa manfaat dan kebaikan. Kekuatan cinta itu juga akan bersinar dan membawa kalian masuk surga.”

“Bagaimana cara mencari teman seperti itu, Ayah?” tanya Said.

Sang raja menjawab, “Kamu harus menguji orang yang hendak kau jadikan teman. Ada sebuah cara menarik untuk menguji mereka. Undanglah siapapun yang kau anggap cocok menjadi temanmu untuk makan pagi di sini, di rumah kita. Jika sudah sampai di sini, ulurlah dan perlamalah waktu penyajian makanan. Biarkan mereka semakin lapar. Lihatlah kemudian apa yang mereka perbuat. Saat itu, rebuslah tiga buitr telur. Jika dia tetap bersabar, hidangkanlah tiga telur itu kepadanya. Lihatlah, apa yang kemudian mereka perbuat! Itu cara yang paling mudah bagimu. Syukur jika kau bisa mengetahui perilakunya lebih dari itu.”

Said sangat gembira mendengar nasihat ayahnya. Dia pun mempraktekkan cara mencari teman sejati yang cukup aneh itu. Mula-mula ia mengundang anak-anak para pembesar kerajaan satu per satu. Sebagian besar dari mereka marah-marah karena hidangnya tidak keluar-keluar. Bahkan, ada yang pulang tanpa pamit dengan hati kesal, ada yang memukul-mukul meja, ada yang melontarkan kata-kata tidak terpuji, memaki-maki karena terlalu lama menunggu hidangan.

Diantara teman anak raja itu, ada seorang bernama Adil. Dia anak seorang menteri. Said melihat sepertinya Adil anak yang baik hati dan setia. Maka dia ingin mengujinya. Diundanglah Adil untuk makan pagi. Adil memang menunggu keluarnya hidangan dengan setia. Setelah dirasa cukup, Said mengeluarkan sebuah piring berisi tiga telur rebus.

Melihat itu, Adil berkata keras, “Hanya ini sarapan kita? Ini tidak cukup mengisi perutku!”

Adil tidak mau menyentuh telur itu. Dia pergi begitu saja meniggalkan Said sendirian. Said diam. Dia tidak perlu meminta maaf kepada Adil karena meremehkan makanan yang telah dia rebus dengan kedua tangannya. Dia mengerti bahwa Adil tidak lapang dada dan tidak cocok untuk menjadi teman sejati.

Hari berikutnya, dia mengundang anak seorang saudagar terkaya. Tentu saja anak saudagar itu sangat senang mendapat undangan makan pagi dari anak raja. Malam harinya, sengaja ia tidak makan dan melaparkan perutnya agar paginya bisa makan sebanyak mungkin. Dia membayangkan makanan anak raja pasti enak dan lezat.

Pagi-pagi sekali, anak saudagar kaya itu telah datang menemui Said. Seperti anak-anak sebelumnya, dia menunggu waktu yang lama sampai makanan keluar. Akhirnya, Said membawa piring dengan tiga telur rebus di atasnya.

“Ini makanannya, saya ke dalam dulu mengambil air minum.” Kata Said seraya meletakkkan piring itu di atas meja.

Lalu, Said masuk kedalam. Tanpa menunggu lagi, anak saudagar itu langsung malahap satu persatu telur itu. Tidak lama kemudian, Said keluar membawa dua gelas air putih. Dia melihat ke arah meja ternyata tiga telur itu telah lenyap. Ia kaget.

“Mana telurnya?” tanya Said pada anak saudagar.
“Telah aku makan.”
“Semuanya?”
“Ya, habis aku lapar sekali.”

Melihat hal itu Said langsung tahu bahwa anak saudagar itu juga tidak bisa dijadikan teman setia. Dia tidak setia. Tidak bisa merasakan suka dan duka bersama. Sesungguhnya, Said juga belum makan apa-apa.

Said merasa jengkel kapada anak-anak di sekitar istana. Mereka semua mementingkan diri sendiri. Tidak setia kawan. Tidak bisa merasakan suka dan duka bersama. Akhirnya, Said meminta izin kepada ayahnya untuk pergi mencari teman sejati.

****
Akhirnya, Said berpikir untuk mencari teman di luar istana. Kemudian, mulailah Said berpetualang melewati hutan, ladang, sawah, dan kampung-kampung untuk mencari seorang teman yang baik.

Sampai akhirnya, di suatu hari yang cerah, dia bertemu dengan anak seorang pencari kayu yang berpakaian sederhana. Anak itu sedang memanggul kayu bakar. Said mengikutinya diam-diam sampai anak itu tiba di gubuknya. Rumah dan pakaian anak itu menunjukkan bahwa dia sangat miskin. Namun, wajah dan sinar matanya memancarkan tanda kecerdasan dan kebaikan hati. Anak itu mengambil air wudhu, lalu shalat dua rakaat. Said memerhatikannya dari balik rumpun pepohonan.

Selesai salat, Said datang dan menyapa, “Kawan, kenalkan namaku Said. Kalau boleh tahu, namamu siapa? Kau tadi shalat apa?”

“Namaku Abdullah. Tadi itu shalat dhuha.”

Lalu, Said meminta anak itu agar bersedia bermain dengannya dan menjadi temannya.

Namun, Abdullah menjawab, “Kukira kita tidak cocok menjadi teman. Kau anak orang kaya, malah mungkin anak bangsawan. Sedangkan aku, anak miskin. Anak seorang pencari kayu bakar.”

Said menyahut, “Tidak baik kau mengatakan begitu. Mengapa kau membeda-bedakan orang? Kita semua adalah hamba Allah. Semuanya sama, hanya takwa yang membuat orang mulia di sisi Allah. Apa aku kelihatan seperti anak yang jahat sehingga kau tidak mau berteman denganku? Kau nanti bisa menilai, apakah aku cocok atau tidak menjadi temanmu.”

“Baiklah kalau begitu, kita berteman. Akan tetapi, dengan syarat hak dan kewajiban kita sama, sebagai teman yang seia-sekata.”

Said menyepakati syarat yag diajukkan oleh anak pencari kayu itu. Sejak hari itu, mereka bermain bersama; pergi ke hutan bersama ,memancing bersama, dan berburu kelinci bersama. Anak tukang kayu itu mengajarinya berenang di sungai, menggunakan panah dan memanjat pohon di hutan. Said sangat gembira sekali berteman dengan anak yang cerdas, rendah hati, lapang dada dan setia. Akhirnya, dia kembali ke istana dengan hati gembira.

Hari berikutnya, anak raja itu berjumpa lagi dengan teman barunya. Anak pencari kayu itu langsung mengajaknya makan di gubuknya. Dalam hati, Said merasa kalah, sebab sebelum dia mengundang makan, dia telah diundang makan.

Di dalam gubuk itu, mereka makan seadanya, sepotong roti, garam, dan air putih. Namun, Said makan dengan sangat lahap. Ingin sekali rasanya dia minta tambah kalau tidak mengingat, siapa tahu anak pencari kayu ini sedang mengujinya. Oleh karena itu, Said merasa cukup dengan apa yang diberikan kepadanya.

Selesai makan, Said mengucapkan hamdalah dan tersenyum. Setelah itu, mereka kembali bermain. Said banyak menemukan hal-hal baru di hutan, yang tidak dia dapatkan di dalam istana. Oleh temannya itu dia diajari untuk mengenali dan membedakan jenis dedaunan dan buah-buahan di hutan; antara daun dan buah yang bisa dimakan, yang bisa dijadikan obat, serta yang beracun.

“Dengan mengenal jenis buah dan dedaunan di hutan secara baik, kita tidak akan repot jika suatu kali tersesat. Persediaan makanan ada di sekitar kita. Inilah keagungan Allah!” kata anak pencari kayu.

Seketika itu, Said tahu bahwa ilmu tidak hanya dia dapat dari madrasah seperti yang ada di ibukota kerajaan ilmu ada di mana-mana. Bahkan, di hutan sekalipun. Hari itu, Said banyak mendapatkan pengalaman berharga.

Ketika matahari sudah condong ke Barat, Said berpamitan kepada sahabatnya itu untuk pulang. Tidak lupa, Said mengundangnya makan di rumahnya besok pagi. Lalu, dia memberikan secarik kertas pada temannya itu.

“Pergilah ke ibu kota , berikan kertas ini kepada tentara yang kau temui di sana . Dia akan mengantarkanmu ke rumahku,” kata Said sambil tersenyum.

“Insya Alloh aku akan datang.” Jawab anak pencari kayu itu.

*****
Pagi harinya, anak pencari kayu sampai juga di istana. Dia sama sekali tidak menyangka kalau Said adalah anak raja. Mulanya, dia ragu untuk masuk istana. Akan tetapi, jika mengingat kebaikan dan kerendahan hati Said selama ini, dia berani masuk juga.

Said menyambutnya dengan hangat dan senyum gembira. Seperti anak-anak sebelumnya yang telah hadir di ruang makan itu. Said pun menguji temannya ini. Dia membiarkannya menunggu lama sekali. Namun, anak pencari kayu itu sudah terbiasa lapar. Bahkan, dia pernah tidak makan selama tiga hari. Atau, terkadang makan daun-daun mentah saja. Dia hanya berpikir, seandainya semua anak bangsawan bisa sebaik anak raja ini, tentu dunia akan tentram.

Selama ini, dia mendengar bahwa anak-anak pembesar kerajaan senang hura-hura. Namun, dia menemukan seorang anak raja yang santun dan shalih.

Akhirnya, tiga butir telur masak pun dihidangkan. Said mempersilahkan temannya untuk memulai makan. Anak pencari kayu bakar itu mengambil satu. Lalu, dia mengupas kulitnya pelan-pelan. Sementara Said mengupas dengan cepat dan menyantapnya. Lalu dengan sengaja Said mengambil yang ketiga, mengupasnya dengan cepat dan melahapnya. Temannya selesai mengupas telur. Said ingin melihat apa yang akan dilakukan temannya dengan sebitur telur itu, apakah akan dimakannya sendiri atau….?

Anak miskin itu mengambil pisau yang ada di dekat situ. Lalu, dia membelah telur itu jadi dua. Yang satu dia pegang dan yang satunya lagi, dia berikan kepada Said. Tidak ayal lagi, Said menangis terharu.

Lalu Said pun memeluk anak pencari kayu bakar itu erat-erat seraya berkata. “Engkau teman sejatiku! Engkau teman sejatiku! Engkau temanku masuk surga.”

Sejak itu, keduanya berteman dan bersahabat dengan sangat akrab. Persahabatan meraka melebihi saudara kandung. Mereka saling mencintai dan saling menghormati karena Alloh swt.

Karena kekuatan cinta itu mereka bahkan sempat bertahun-tahun mengembara bersama untuk belajar dan berguru kepada para ulama yang tersebar di Turki, di Syiria, di Irak, di Mesir dan di Yaman.

Setelah berganti bulan dan tahun, akhirnya keduanya tumbuh dewasa. Raja yang adil, ayah Said meninggal dunia. Akhirnya, Said diangkat menjadi raja untuk menggantikan ayahnya. Menteri yang pertama kali dia pilih adalah Abdullah, anak pencari kayu itu. Abdullah pun benar-benar menjadi teman seperjuangan dan penasihat raja yang tiada duanya.

Meskipun telah menjadi raja dan menteri, keduanya masih sering malakukan shalat tahajud dan membaca Al-Quran bersama. Kecerdasaan dan kematangan jiwa keduanya mampu membawa kerajaan itu maju, makmur, dan jaya.--- baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur.---

Sumber : Ketika Cinta Berbuah Surga - Karya Habiburrahman El Shirazy