Mari Mengaji !!

Minggu, 12 Juli 2009

Pudarnya Pesona Cleopatra

Setelah suksenya novel “Ayat-ayat Cinta” dan ditayangkan dalam Film layar lebar dengan judul sama, banyak pembaca yang penasaran pada karya Kang Abik lainnya. Salah satunya adalah “Pudarnya Pesona Cleopatra”. Buku yang membuat motivasi Kang Abik untuk menulis “Ayat-ayat Cinta” ini terdiri dari dua novel mini yaitu, “Pudarnya pesona Cleopatra” dan “Setetes Embun Cinta Niyala”.

Novel mini “Pudarnya Pesona Cleopatra” menceritakan seorang suami yang mendambakan istri yang secantik Cleopatra, walaupun dia sudah memiliki istri yang cantik menurut banyak orang namun tidak menurut dia.

Namanya Raihana, istri soleh dan setia. Istri yang cantik, walau tak bisa melebihi pesona Cleopatra, istri yang sabar dengan sikapnya yang dingin, yang terpaksa menikahi Raihana karena tak kuasa menolak perintah ibunya.

Waktu begitu cepat berganti, akhirnya rasa cinta itu muncul dalam hatinya yang tulus. Namun sayang, ketika rasa itu datang memuncak, kenyataan tak bisa dielakan, dan penyesalanpun ikut mencuat. Raihana telah tiada bersama anak dalam kandungannya!

Novel mini kedua “Setetes Embun Cinta Niyala”, menceritakan kegalauan Niyala antara Ayah dan dirinya. Permintaan ayah untuk menikah bersama Roger, manusia yang dianggapnya serigala, agar hutangnya kepada Pak Haji Cosmas (ayah Roger) lunas. Niyala merasa lebih hina dibandingkan dengan para pelacur. Kedok pernikahan untuk menyerahkan jiwa raganya pada Roger agar hutang ayahnya untuk pengobatan ibu yang telah tiada beberapa belas tahun yang lalu terbayar.

Di hari itu keadaan berubah ketika Faiq, kakak angkatnya menyatakan cinta pada Niyala di depan Umi Faiq, Ayah Niyala dan Herman (kakak kandung Niyala). Bunga pun bermekaran, hasrat cinta tumbuh menghapus kegalauan Niyala. Dan di malam sebelum hari wisudanya sebagai dokter, Niyala dan Faiq menjalin hubungan cinta dengan ridra Allah dan kebahagiaan yang berlipat-lipat.

Buku ini mengemas dua novel dengan ending yang berbeda. Walaupun happy ending di akhir novel ini begitu hebat, namun tetap saja suasana sedih membekas dari novel mini sebelumnya, “Pudarnya pesona Cleopatra”. Alur cerita yang pendek menjadikan cerita ini mudah dipahami dan dinikmati, dalam waktu singkat pembaca dapat merasakan desir angin haru ataupun penyesalan dari novel ini.

Jangan menilai buku dari sampulnya, dan jangan pula menilai wanita hanya dari kecantikannya. Karena sesungguhnya kecantikan batin lebih berharga dari kecantikan lahiriah yang terkadang menipu.

Penulis : Habiburrahman El Shirazy
Penerbit : Penerbit Republika
Tebal : viii + 111 halaman
Tahun Terbit : 2007



Tidak ada komentar:

Posting Komentar